5 Merk Mobil Eropa dan Amerika yang Pernah Ada di Indonesia Tapi Kemudian Menghilang
Prasetyo · 12 Jul, 2021 13:00
0
0
Sukses di negara asalnya tak menjamin sebuah brand otomotif juga menuai hal yang sama ketika tiba di Indonesia. Cukup banyak pabrikan otomotif dunia yang berguguran di dalam negeri. Baik itu yang datang dari Cina, Malaysia, Amerika, hingga para produsen mobil asal Eropa.
Sempat hadir dan memiliki APM (Agen Pemegang Merek) bahkan membangun pabrik perakitan, sejumlah produsen ini pun terpaksa angkat kaki dari Tanah Air. Alasannya cukup beragam, namun utamanya akibat pejualan yang tak terlalu signifikan.
Nah kali ini Autofun Indonesia akan membawa Anda sedikit kilas balik ke beberapa dekade belakang. Yaitu mengetahui apa saja merk mobil Eropa dan Amerika yang pernah hadir di Indonesia namun akhirnya memutuskan hengkang sehingga kini yang tinggal cuma nama dan penggemar setianya.
Merk Perancis ini sebenarnya pernah mengisi pasar otomotif dalam negeri sejak tahun 1930-an. Saat itu unit Citroen yang masuk ke Indonesai adalah Citroen TA. Bahkan diyakini unit mobil ini masih tersisa satu dalam kondisi yang sangat layak.
Namun Citroen baru hadir secara resmi di Indonesia tahun 1970-an melalui PT Alun yang saat itu menjadi APM. Ini merupakan langkah marketing menyusul beberapa teknisi Perancis yang membawa sejumlah unit mobil Citroen ketika melakukan pembangunan Bendungan Jatiluhur, di Jawa Barat.
PT Alun kemudian memasarkan beberapa model Citroen, seperti Dyane, Mehari, FAF, sedan GS, dan sedan CX. Lantas di tahun 1990-an mulai dipasarkan pula Citroen BX. Sayangnya ini menjadi model terakhir yang menjadi penanda keberadaan Citroen di Tanah Air.
2. Ford
Kisah Ford di Indonesia bermula di tahun 1989. Saat itu berdiri Indonesia Republic Motor Company (IRMC) sebagai importir Ford. Namun di tahun 2000, barulah PT Ford Motor Indonesia yang menjadi APM.
Selama kiprahnya di Nuantara, Ford banyak menawarkan model-model menarik. Mulai dari Focus, Everest, Escape, hingga Ranger yang banyak diandalkan di pertambangan dan perkebunan. Lantas FMI juga meluncurkan Ford Fiesta dan EcoSport yang sukses di segmen hatchback dan SUV compact.
Sayangnya keputusan dari prinsipal yang menilai bisnis di Indonesia kurang menguntungkan, membuat FMi harus mengumumkan menutup kiprahnya di tahun 2016. Padahal penggemar setianya masih banyak di Indonesia.
3. Moskvich
Pernah mendengar merk mobil yang satu ini? Ini adalah salah satu merk mobil Russia yang sebenarnya juga pernah ada di Indonesia. Di negara asalnya ia pakai merk IZH yang diproduksi oleh AZLK. Boleh dibilang ini adalah salah satu mobil Nasional Soviet di tahun 1970-an.
Yang menarik dari kehadiran Moskvich di Indonesia adalah, setelah peristiwa G30S (30 September 1965), sentimen rakyat terhadap merk-merk dari negara atau partai komunitas begitu tinggi. Sehingga hampir semua elemen yang berbagi aliran politik itu di hancurkan. Namun nyatanya, di tahun 1970-an Moskvich justru masuk ke Indonesia dan merakit mobil-mobil yang khusus dijual di negara ini.
Beberapa model yang dipasarkan di Tanah Air antara lain Moskvich 412. Mobil ini djual melalui APM PT Diantara Corporation, dimana kemunculan perdananya di Jakarta Fair 1974. Bahkan penjualan Mosvich cukup laris saat itu yang mencapai 800 unit hanya setahun setelah kemunculannya.
Sayangnya usia Moskvich hanya bertahan sampai 1978 setelah pemerintah Indonesia mengetok kebijakan baru tentang pembatasan merk-merk mobil dan motor serta larangan impor dari negara lain.
Mungkin generasi 1990-an menyebut Opel dan Chevrolet adalah dua produk yang sama. Hal ini mengacu pada kepopuleran Opel Blazer yang sering diucap Chevrolet Blazer. Tidak salah memang, meskipun sebenarnya ada sedikit diferensiasi antara Opel dan Chevrolet di Tanah Air.
Sejak tahun 1938, Opel sudah memproduksi Olympia di pabrik yang berlokasi pada kawasan yang kini dikenal dengan nama Tanjung Priok, Jakarta. Namun pada saat tentara Jepang datang, General Motors memindahkan semua aset pabriknya ke Ancol karena takut dijadikan produksi kendaraan militer Jepang. Presiden Soekarno saat itu pun menasionalisasi pabrik Opel ini. Dan manajemennya berada di bawah Garmak (Garuda Makmur) Motor.
Pada tahun 1970-an ketika mobil-mobil Jepang mulai masuk ke Indonesia, Garmak Motor memposisikan brand Opel di atas Chevrolet sebagai varian lebih mewah dari General Motors. Beberapa model pun cukup populer disini, seperti Opel Kadett. Lantas di tahun 1990-an Opel merilis Astra, tetapi karena namanya bentrok dengan PT Astra yang menjual Toyota, Daihatsu serta Isuzu, akhirnya diganti nama jadi Opel Optima.
Model yang berikutnya keluar adalah Opel Blazer yang jelmaan Chevrolet Trooper dari Amerika. Tetapi akibat krisis moneter yang melanda Indonesia sejak 1998, penjualan Opel pun merosot tajam sampai akirnya terhenti di tahun 2002.
5. Volvo
Volvo memang bukan nama merk mobil yang asing buat warga Indonesia. Mobil asal Swedia ini sudah ada di bumi pertiwi sejak 1968. Kala itu APM Volvo di Indonesia adalah PT Central Sole Agency. Karena Presiden Soeharto saat itu mengeluarkan kebijakan setiap mobil impor dari negara lain wajib punya pabrik di Indonesia, maka berdirilah PT ISMAC (Indo-Swedia Motor Assembly Corporation) tahun 1975.
Selain memasarkan dan merakit kendaraan penumpang (passenger car), Volvo juga kemudian merakit bus dan truk. Dan karena Sudono Salim, pemilik Salim Group yang memayungi APM Volvo punya kedekatan dengan presiden, maka Volvo pun jadi kendaraan para pejabat pemerintah dan militer.
Namun seiring waktu berjalan, Salim Group ternyata mengalami kerugian. Indomobil Group pun mencoba menyelamatkan merk Volvo di tahun 1987. Di masa pemerintahan Orde Baru, Volvo juga naik daun, bahkan dipercaya jadi kendaraan resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non Blok di Jakarta tahun 1992. Namun pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mobil menteri tak lagi pakai Volvo. Ini pun membuat penjualan merk Eropa itu merosot tajam.
Menggeluti bidang jurnalistik otomotif sejak 2009 selaras dengan hobinya dalam memodifikasi mobil. Apalagi karakteristik yang berbeda dari setiap kendaraan yang dibuat oleh masing-masing pabrikan, terus menumbuhkan minatnya di dunia otomotif hingga saat ini.