Sekarang ini, banyak orang mengenal sosok Toyota Hiace sebagai mobil travel antar kota atau minibus untuk rombongan pariwisata. Namun jauh sebelum itu, Hiace ini dulu juga sempat jadi kendaraan niaga yang tangguh untuk angkutan barang. Karena tak mendapat penyegaran setelah generasi kedua, maka kiprah Toyota Hiace harus terhenti selama beberapa waktu.

Menurut sejarah, kehandiran Hiace ini sudah cukup lama di Indonesia, yaitu sejak 1971. Bahkan Toyota Hiace minibus hingga saat ini masih digunakan sebagai kendaraan angkutan penumpang di kota kecil, karena mampu menampung hingga 15 penumpang. 

Baca juga:

Alasan Toyota Hiace Jadi Andalan Pengusaha Travel dan 'Menyingkirkan' Isuzu Elf NKR

Hadapi Euro4, Toyota Luncurkan New Hiace dan New Dyna dengan Teknologi dan Tampilan Baru

5 Alasan Toyota Hiace Euro 4 Masih Pantas Dipakai Bisnis Travel

Kemudian untuk kendaraan pick up, Hiace ini menjadi salah satu pelopor pick up diesel dengan desain cab over engine alias tanpa bonnet. Kesuksesannya ini lantas mendorong Mitsubishi merilis L300 yang juga bermesin diesel. Hanya saja, L300 atau Elsapek terus eksis hingga sekarang sedangkan Hiace diesel harus pensiun di tahun 1985. 

Nah, seperti apa sih ketangguhan Hiace ini? Mengapa unit tuanya sanggup bertahan di tengah munculnya pick up diesel modern? Berikut ini ulasan mendalam tentang sosok Toyota Hiace generasi pertama dan kedua.

Toyota Hiace H10, Generasi Pertama di Indonesia

Kiprah Toyota Hiace di Tanah Air ini sudah dimulai sejak dekade 1960-an. Saat itu mulai banyak mobil-mobil van atau minibus yang berasal dari light commercial vehicle. Melalui industri karoseri, pick up kemudian dimodifikasi menjadi kendaraan penumpang.

Generasi pertama ini memiliki 2 lampu depan berbentuk bulat berdempetan pada bagian kanan dan kiri.  Hiace versi impor ditawarkan dalam berbagai macam mesin, mulai dari 1300cc, 1500cc, 1600cc sampai 1800cc dimana semuanya menggunakan mesin 4 silinder. 

Namun untuk Hiace yang diproduksi lokal didukung mesin 12R dengan konfigurasi 4 silinder segaris berkapasitas 1600cc. Mesin ini diklaim sanggup mengahasilkan tenaga sebesar 83Hp pada 5.400 rpm SAE. Untuk menggerakkan roda belakangnya, digunakan transmisi manual 4 percepatan. Kiprah Hiace H10 ini saat itu berhadapan dengan Mitsubishi Colt T120.

Perlu diketahui bila Toyota Hiace generasi pertama ini sebenarnya sudah masuk ketika Toyota baru sebuah distributor, sebelum adanya PT Toyota Astra Motor. Saat itu Hiace hadir dalam bermacam-macam jenis, mulai dari pickup, pickup dengan kanopi untuk bisa membawa penumpang macam angkot dan mobil omprengan, hingga van alias minibus yang dilengkapi dengan pintu geser serta panel van atau yang sekarang lebih populer disebut sebagai blind van. Nah, untuk varian minibus dari Hiace yang masih dibuat diluar negeri ini cukup banyak digunakan oleh instansi pemerintahan.

Setelah PT Toyota Astra Motor berdiri, pada 1974 mulai membuat versi CKD dari Toyota Hiace meskipun yang diproduksi di Indonesia ini hanyalah varian pickupnya saja. Hiace pickup di Indonesia juga banyak yang dikaroseri menjadi minibus dengan bentuk yang berbeda dengan versi luar impor.

Dulunya Hiace H10 jamak digunakan pebisnis rental untuk mengangkut barang untuk versi pikap. Sementara untuk versi minibus sering digunakan sebagai kendaraan antar-jemput karyawan juga wisatawan karena mampu menampung hingga 8 penumpang. 

Kini tidak banyak Toyota Hiace generasi pertama yang tersisa karena termakan karat dan usia. Ini karena mobil-mobil sebelum era 80an belum semuanya mendapat teknologi anti karat dalam proses produksinya.

Toyota Hiace H11, Tenar Sebagai Mobil Pick Up Serba Bisa

Toyota Hiace generasi kedua hadir periode 1977 hingga 1985 atau berbarengan dengan Toyota Kijang. Perbedaan dengan generasi pertama yaitu pada desain headlamp Lingkaran berukuran besar dengan moncong hampir membulat seperti kapsul. Saat itu, Hiace H11 hadir dalam versi pick up dan minibus.

Mesinnya masih sama seperti H10, yakni 4 silinder segaris berkapasitas 1.350 cc bertenaga 69 dk. Lalu ada mesin 1.600 cc bertenaga 82 dk. Kemudian pada 1980, muncul varian bermesin diesel yang menggunakan mesin Toyota L diesel. Mesin diesel 4 silinder 2200cc ini kemudian menjadi lebih populer dibanding mesin 12R pada Toyota Hiace.

Hiace generasi kedua terbagi menjadi 4 varian yaitu Hiace H11, H20, H30 dan H40. Perbedaan antara keempat varian ini ada pada ukuran sasis serta bodinya. Hiace H11 merupakan Hiace pickup dengan sasis yang paling pendek dan menjadi satu-satunya varian Hiace yang masuk dan dirakit di Indonesia. 

Hiace ini awalnya hanya tersedia varian pickup dengan bak standar. Karena munculnya berbagai permintaan, Toyota akhirnya membuat varian Hiace chassis. Bentuknya mirip Hiace pickup tanpa bak tapi bagian tengah hingga ke belakang cuma kerangka saja, karena nantinya akan dikirim ke perusahaan karoseri lokal untuk dibuat bodi minibus.

Hiace ada juga varian built up yang masuk melalui kedutaan asing. Biasanya Hiace minibus built up ini sudah memakai pintu tengah model geser (sliding door) dan pintu belakang model bukaan ke atas.

Hiace Terpaksa Pensiun, Kalah Saing dengan Kijang dan Elsapek

Kiprah Hiace generasi kedua bisa dibilang terpaksa pensiun karena konsumen Tanah Air lebih memilih Kijang yang harganya lebih murah dan modern dibanding Hiace. Lagi pula Toyota juga sepertinya lebih fokus untuk memasarkan Kijang, lantaran memang ini produk yang diproyeksikan memenuhi kebutuhan pasar Tanah Air.

Penjualan Hiace saat itu juga kalah diminati masyarakat jika dibanding Mitsubishi Colt T120 dan Colt L300 karena Hiace dianggap kurang handal di wilayah pegunungan dan tanjakan. Toyota Hiace saat itu lebih populer di wilayah perkotaan yang kontur tanahnya datar seperti Jakarta