window.googletag = window.googletag || {cmd: []}; googletag.cmd = googletag.cmd || []; googletag.cmd.push(function() { googletag.defineSlot('/22557728108/id_article_breadcrumb_above_pc', [ 728, 90 ], 'div-gpt-ad-1685588617854-0').addService(googletag.pubads()); googletag.pubads().enableSingleRequest(); googletag.pubads().collapseEmptyDivs(); googletag.enableServices(); });
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1685588617854-0'); });

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka

Yongki Sanjaya · 2 Sep, 2021 15:30

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 01

Mobil nasional menjadi suatu proyek prestisius yang coba terus dibangun oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun banyak manufaktur yang berdiri dan berproduksi di negeri Pertiwi, namun seluruhnya bukan milik anak negeri. Bicara mobil merek lokal, Indonesia ini sebenarnya punya banyak inovasi mulai dulu ada Morina sampai terakhir muncul Esemka yang disebut mobil nasional walaupun kenyataannya tidak.

Kiprah mobil nasional ini patut kita simak, terlepas dari campur tangan politik yang mengiringi perjalanannya. Sebagian mobil nasional alias mobnas diantaranya cukupsukses, namun tak sedikit yang kandas akibat ragam regulasi dan harganya yang kurang merakyat. Jauh sebelum Esemka, kita sudah memulai riset dan pengembangan industri mobil nasional sejak 1970-an.

Pengembangan mobil nasional juga tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 1996 (Inpres No.2/1996) tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional. Bila ditelusuri lebih jauh, mobil nasional ini tak lepas dari alih teknologi melalui pabrikan mobil besar dunia.

window.googletag = window.googletag || {cmd: []}; googletag.cmd = googletag.cmd || []; googletag.cmd.push(function() { googletag.defineSlot('/22557728108/id_article_fourthp_under_pc', [ 728, 90 ], 'div-gpt-ad-1685589129084-0').addService(googletag.pubads()); googletag.pubads().enableSingleRequest(); googletag.pubads().collapseEmptyDivs(); googletag.enableServices(); });
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1685589129084-0'); });

Jadi, jangan pesimistis kita sulit membangun mobil nasional apabila memang pabrikan otomotif dunia bersedia alih teknologi. Pabrikan lokal dengan pengalamannya menghadapi selera masyarakat kita, semestinya bisa merancang mobil yang sesuai minat pasar.

Lantas, apa saja mobil dengan merek lokal tersebut? Mari kita ulas setiap modelnya.

Morina, Pick-Up Serba Guna Setipe Kijang Buaya

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 01

Pada dekade 1970-an, Indonesia sedang memasuki periode pembangunan infrastruktur yang cukup pesat. Dibutuhkan kendaraan angkutan barang yang sederhana namun perkasa. Tak cuma Kijang Buaya bikinan Toyota, ada Morina yang kependekan dari Mobil Rakyat Indonesia. 

Mobil pick up ini adalah hasil produksi PT Garmak Motor dan juga sempat dipamerkan di PRJ. Sejumlah komponen Morina seperti bodi, sasis, aki, dan ban sudah dibuat dalam negeri. Morina saat itu menggunakan suspensi per keong, sehingga cukup empuk untuk mobil angkutan serbaguna. 

Menurut kabar, lenyapnya Morina lantaran mesinnya tidak cocok untuk pekerjaan berat, cuaca tropis, dan cuaca panas. Ini diperparah karena layanan purna jual dari PT Garmak Motor yang buruk, sehingga kalah bertarung dengan saingannya dan akhirnya kandas di pasaran.

Sedan Maleo, Mobil Rancangannya B.J Habibie dan IPTN

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 02

Era 90-an ini menandai perkembangan mobil nasional, karena mulai banyak produk hasil pengembangan anak bangsa, salah satunya yakni Maleo. Mobil garapan B.J Habibie ini statusnya gagal diproduksi, walaupun prototipenya sudah jadi berupa mobil utuh. 

Saat itu IPTN pun ditunjuk untuk mewujudkannya yang bekerja sama dengan Rover, Inggris, dan Millard Design Australia. B.J Habibie yang kala itu menjabat Menristek sukses membuat 11 rancangan mobil hingga tahun 1997. Sayangnya, proyek ini terbengkalai saat era Soeharto tumbang.

Mesin mobilnya berkapasitas 1.200 cc 3-silinder, yang menggabungkan teknologi mesin 2-tak dengan sistem injeksi. Secara konsep, Maleo bakal dilego tak lebih dari Rp30 juta, agar dapat terjangkau oleh masyarakat. Komponen Maleo direncanakan memiliki tinkat kandungan lokal dalam negeri (TKDN) di atas 80 persen. 

Mazda MR90, Cikal Bakal 'LCGC' yang Terlupakan

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 03

Mazda sebelum bertransformasi sebagai merek premium, adalah merek yang harga produknya cukup bersahabat dengan fitur oke. Di bawah kendali Indomobil selaku agen pemegang merek, Mazda membuat proyek nasionalisasi kendaraan dengan nama MR90.

MR 90 atau kependekan dari Mobil Rakyat 90-an, mengambil basis dari varian Mazda 323 Hatchback. Ide membuat Mobil nasional terbentuk ketika Subronto Laras yang pada saat itu menjabat sebagai Komisaris Indomobil.

Soebronto menggandeng Mazda agar mau menjadi pelopor membuat sedan di Indonesia. Rupanya, rencana MR90 untuk menjadi Mobil Nasional juga tidak sesuai harapan, dan bisa disebut gagal walaupun sudah melalui fase produksi dan penjualan akibat penjualan yang jauh dari target. 

Secara spesifikasi, MR90 ini cukup familiar karena bermesin 1.300 cc serupa dengan Mazda 323 Familia sebagai basisnya. Namun demikian, kiprah MR90 harus terhenti karena menurut peraturan saat itu pemerintah tidak membebaskan pajak mobil mewah atau PPnBM (pajak Penjualan atas Barang Mewah). 

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 04

Pemerintah dulu juga belum memiliki peraturan soal mobil nasional atau mobil yang mayoritas komponennya berasal dari produksi lokal. Mazda MR90 meskipun tanpa buntut, tetap masuk kategori jenis sedan. Alhasil, harga jualnya menjadi lebih mahal dari Toyota Kijang sehingga layu sebelum berkembang. 

Bila dibandingkan, harga Toyota Kijang dulu Rp18 juta sedangkan Mazda MR90 Rp22 juta. Apabila tidak kena PPNBM, mungkin harga MR 90 cuma sekitar Rp12 juta. 

Timor dan Bimantara, 'Mobil Nasional' yang Cukup Laris

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 05

Peraturan soal mobil nasional terbit di tahun 1996, melalui Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 1996 (Inpres No.2/1996) tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional. Setelah terbitnya aturan tersebut, muncul merek Timor dan Bimantara, yang keduanya adalah putra Presiden Soeharto.

Timor merupakan singkatan dari Teknologi Industri Mobil Rakyat dan berada di bawah naungan PT Timor Putra Nasional, perusahaan milik Tommy Soeharto. Karena berstatus mobnas, maka Timor dibebaskan dari pajak-pajak dan bea lainnya yang biasa dikenakan pada mobil yang dijual di Indonesia. Sementara itu Bimantara dicetuskan oleh Bambang Trihatmodjo di bawah bendera PT Citramobil Nasional. 

Kedua merek ini mengawali upaya proyek mobil nasional dengan rebadge merek asal Korea Selatan, dimana Timor rebadge ke Kia dan Bimantara adalah rebadge dari Hyundai. Timor hadir di pasaran dengan seri Timor S515 yang berbasis pada model mobil bikinan Korea Selatan, Kia Sephia 1995. 

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 06

Sementara untuk brand Bimantara membawa model Bimantara Cakra merupakan mobil rebadge dari Hyndai Accent (X3) dan Bimantara Cakra merupakan mobil rebadge dari Hyndai Accent (X3).

Sayangnya, strategi mobil nasional ini tak dijalankan semestinya, karena Timor dan Bimantara terus melakukan rebadge tanpa melakukan produksi lokal. Ini membuat pada tahun 1998 Dispute Settlement Body WTO memutuskan bahwa mobnas Indonesia melanggar aturan perdagangan bebas dunia.

Texmaco Perkasa, Calon 'Mobil Nasional' Untuk Bus dan Truk

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 07

Upaya proyek nasionalisasi industri otomotif juga mencakup produksi kendaraan niaga termasuk truk dan bus. Di bawah naungan PT Texmaco, perusahaan tekstil raksasa ini melakukan diversifikasi usaha ke ranah otomotif dengan mendirikan merek Perkasa, dalam manajemen PT Wahana Perkasa Auto Jaya (WPAJ) yang merupakan anak perusahaan grup Texmaco. 

Perkasa ini hadir dalam wujud truk medium duty dan sasis bus, yang kandungan lokalnya konon mencapai 90 persen. Mesin diesel yang digunakan adalah lisensi dari Cummisn America, perseneling ZF dari Jerman, gardan dari Eston Amerika, serta bodi dari lisensi dari British Leyland (Inggris).

Hingga 2009, truk Perkasa masih diproduksi dan juga dipesan untuk kebutuhan operasional TNI sebanyak 1.000 unit. Agak disayangkan karena kiprah Perkasa harus berhenti, padahal perusahaan ini melakukan upaya semestinya dalam membangun mobil nasional. 

Salah satu merosotnya penjualan Perkasa disebabkan oleh situasi pasar yang belum pulih pasca dihantam resesi ekonomi 1998, bertepatan berdirinya peruaajaa yang tersebut. Daya beli menurun dan ditambah perusahaan faktor perusahaan Perkasa dan Texmaco terbelit persoalan finansial.

Mobil Esemka, Perusahaan Lokal yang Dianggap Sebagai Mobil nasional

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 08

Esemka sering disebut sebagai  mobil nasional alias mobnas padahal sebenarnya adalah mobil merek nasional alias produk lokal. Ekspektasi ini yang dulu membuat Esemka sempat digadang-gadang menjadi mobil nasional.

Hal ini juga telah ditegaskan oleh Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), Eddy Wirajaya menolak disebut sebagai mobil nasional. "Kami bukan mobil nasional yang dipahami orang selama ini, Esemka mobil buatan Indonesia karya anak bangsa sendiri," katanya, dikutp dari Liputan6.com.

Kisah 'Mobil Nasional' Bikinan Indonesia, Mulai Morina Sampai Esemka 09

Esemka diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 6 September 2019. Pada saat peresmian, pabrik Esemka disebutkan memiliki kapasitas produksi 12.000 unit/tahun dengan TKDN yang mencapai 90 persen. Perusahaan mengumumkan bahwa sebagian komponen merupakan kongsi dari PT INKA dan Pertamina.

Kini, Esemka berfokus pada produk pick up yang dijual pada usaha kecil melalui kredit koperasi atau BPR. Produk pick up Esemka ini populasinya cukup banyak berada di wilayah Lampung. 

Yongki Sanjaya

Editor

Berpengalaman di beberapa media online. Bermula menjadi reporter otomotif di situs yang lain hingga kini menjadi Editor di Autofun Indonesia. Penghobi mobil lawas dan anak 90-an banget. FB:Yongki Sanjaya Putra

window.googletag = window.googletag || {cmd: []}; googletag.cmd = googletag.cmd || []; googletag.cmd.push(function() { googletag.defineSlot('/22557728108/id_article_relatedmodel_above_pc', [ 728, 90 ], 'div-gpt-ad-1685589152548-0').addService(googletag.pubads()); googletag.pubads().enableSingleRequest(); googletag.pubads().collapseEmptyDivs(); googletag.enableServices(); });
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1685589152548-0'); });
window._taboola = window._taboola || []; _taboola.push({ mode: 'thumbnails-stream-2x2-desk', container: 'taboola-stream-widget-thumbnails-desktop', placement: 'Stream Widget Thumbnails Desktop', target_type: 'mix' });

Cek penawaran terbaik dalam 24 Jam!

Daihatsu Rocky hybrid 2022

Upgrade

Tambahkan mobil Anda

Gak mau tukar tambah?  Pilih Mobil