Toyota Fortuner Jadi Separuh Harga Jika Relaksasi Pajak Disetujui, Tak Sampai Rp 300 Juta

Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan adanya usulan mengenai pemangkasan pajak kendaraan bermotor (PKB) untuk pembelian kendaraan baru menjadi 0 persen alias tax free.

Gagasan tersebut dicetuskan oleh pihak Kementerian Perindustrian beberapa waktu lalu.

Upaya ini diharapkan dapat menstimulus pasar sekaligus mendorong pertumbuhan sektor otomotif di tengah masa pandemi Covid-19.

“Kami sudah mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk relaksasi pajak mobil baru 0 persen sampai bulan Desember 2020,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tak dapat dipungkiri, adanya pandemi Covid-19 di Indonesia berdampak besar terhadap penjualan mobil.

Adanya pemangkasan pajak ini diharapkan dapa;t membuat harga kendaraan bermotor menjadi lebih terjangkau di kantong konsumen.

Sehingga hal tersebut dapat menggairahkan kembali daya beli masyarakat yang saat ini anjlok akibat adanya pandemi Covid-19.

Jika benar hal tersebut terlaksana, maka harga SUV dengan rangka berbentuk tangga alias ladder frame seperti Toyota Fortuner turun drastis.

SUV dengan konfigurasi kursi penumpang tiga baris ini harganya terbilang cukup tinggi hingga lebih dari setengah miliar Rupiah.

Melansir situs resminya Toyota.astra.co.id, Toyota Fortuner yang termurah yakni tipe Fortuner 4X2 2.4 G M/T bermesin diesel saja harganya mencapai Rp 492,95 juta.

Banderol tersebut merupakan harga on the road (OTR) pembelian cash atau tunai untuk wilayah Jakarta per September 2020.

Sedangkan untuk tipe termahalnya yakni Toyota Fortuner 4X2 2.7 SRZ A/T TRD dengan mesin berbahan bakar bensin harganya mencapai Rp 580,25 juta.

Tentu banderol tersebut terbilang sangat tinggi untuk kebanyakan masyarakat Indonesia terlebih dalam kondisi perekonomian yang paceklik semacam ini.

Segmen pasar SUV yang diusung PT Toyota Astra Motor selaku agen tunggal pemegang merek Toyota di Indonesia ini pun semakin menyempit hingga menyusutnya jumlah penjualan perbulan.

Namun jika rencana pemangkasan pajak kendaraan bermotor menjadi 0 persen diberlakukan, Toyota Fortuner akan jauh lebih murah dibandingkan saat ini.

Diperkirakan harganya menjadinya setengahnya atau 50 persen dari banderol yang saat ini ditetapkan.

Lalu berapa perkiraan harganya tiap tipe Toyota Fortuner di wilayah Jakarta setelah kebijakan ini berlaku? Berikut daftarnya.

- Toyota Fortuner 4X2 2.7 SRZ A/T mesin bensin dari harga Rp 566.950.000 menjadi Rp 283.325.000.

- Toyota Fortuner 4X2 2.4 G M/T mesin diesel dari harga Rp 492.950.000 menjadi Rp 246.475.000.

- Toyota Fortuner 4X2 2.4 G A/T mesin bensin dari harga Rp 510.950.000 menjadi Rp 255.475.000.

- Toyota Fortuner 4X2 2.7 SRZ A/T TRD mesin bensin dari harga Rp 580.250.000 menjadi Rp 290.125.000.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita juga menjelaskan, upaya pemangkasan pajak pembelian mobil Toyota Fortuner baru tersebut diyakini bisa mendongkrak daya beli masyarakat. 

Tujuannya yakni untuk memulihkan penjualan produk otomotif yang tengah turun selama pandemi.

“Kalau kita beri perhatian agar daya beli masyarakat bisa terbantu dengan relaksasi pajak, maka kita terapkan. Kemudian pada gilirannya bisa membantu pertumbuhan industri manufaktur di bidang otomotif tersebut,” terangnya.

Agus menambahkan, kinerja industri otomotif pada semester pertama 2020 terbilang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020. Namun, pada semester kedua tahun ini, mulai ada perkembangan yang positif.

“Oleh karena itu, kami berharap relaksasi pajak tersebut bisa segera dijalankan agar bisa memacu kinerja industri otomotif di tanah air dan pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.

Menteri Agus Gumiwang Kartasasmit mengungkapkan, aktivitas industri otomotif memiliki multiplier effect yang luas, mulai dari penyerapan tenaga kerja yang besar hingga memberdayakan pelaku usaha di sektor lainnya. “Industri otomotif itu mempunyai turunan begitu banyak. Ada tear 1, tear 2 yang begitu banyak,” imbuhnya.

Sebelumnya, relaksasi pajak pembelian mobil baru sempat digaungkan Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam. Menurutnya, industri otomotif saat ini butuh stimulus dari pemerintah agar terjadi peningkatan daya beli.

“Kami harapkan ada tax deduction untuk menstimulus daya beli, tapi tax deduction ini yang tidak mengurangi pendapatan pemerintah. Harapan kita ada di pajak daerah, kalau pajak bisa diturunkan, jumlah yang dijual bisa naik,” paparnya.

Sebagai informasi, masyarakat yang membeli mobil dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 73 tahun 2019, yakni sebesar 15-70% untuk kendaraan bermotor angkutan orang. Besaran tarif disesuaikan dengan jumlah maksimal muatan setiap kendaraan, dan juga isi silinder.