Gak Selamanya karena Rusak, Ini Faktor Penyebab Truk Rem Blong Seperti Kecelakaan Maut di Balikpapan

• KNKT pernah mengungkap penyebab truk reing alami rem blong.
• Rem blong terjadi karena kesalahan operasi sistem pengereman kendaraan besar.
• Pengemudi panik melakukan berbagai kesalahan, kemudian terjadi laka lantas.

Laka lantas maut truk rem blong kembali terulang dan kali ini terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (21/1) pukul 06.15 WITA. Naas, rem truk tronton tak bisa menahan laju kendaraan hingga akhirnya menabrak beberapa pengguna mobil dan motor yang berhenti di persimpangan jalan.

Kecelakaan di Balikpapan ini pun jadi tak terelakan. Kendaraan yang terdorong truk tronton tadi langsung ringsek. Beberapa berhimpitan satu sama lain, kemudian tampak sebuah mobil yang mengalami perubahan wujud setelah mendapat tekanan dan menabrak tiang lampu.   

Baca Juga: Sejarah Mercy Bagong, Truk Legendaris yang Tangguh Sejak 1970-an

Kabar terbaru, si sopir dianggap lalai karena melanggar beberapa aturan. Pertama nekat melintas di jalur pada jam kerja atau jam sibuk pukul 06.00 hingga 00.00 WITA, serta lalai dalam pengoperasian kendaraan. Sopir diduga tidak mengecek fungsi pengereman sebelum berjalan, kemudian terjadi rem blong.

Diketahui truk tronton tersebut menggendong trailer bermuatan kapur pembersih air dengan total berat 20 ton. Tabrakan beruntun terjadi di Simpang Rapak, Balikpapan. Akibat kejadian rem blong itu, truk menabrak 6 mobil dan 14 sepeda motor. 

Kenapa Truk Bisa Alami Rem Blong?

Namun perlu diketahui dulu sistem pengereman kendaraan besar seperti truk berbeda dengan mobil penumpang, lantaran bobotnya yang lebih besar, butuh kerja rem yang lebih kuat. Dengan sistem yang lebih rumit ini, maka setiap awak maupun pengemudi berkewajiban melakukan pengecekan pengereman secara berkala.

Sistem remnya berupa full air brake menggunakan tekanan udara, kemudian air over hydraulic kombinasi rem hidrolik dan rem angin. Ada juga rem hidrolik memanfaatkan minya rem yang biasa digunakan di truk kategori light duty 5-10 ton seperti Isuzu Elf, Hino Dutro, Toyota Dyna, dan sebagainya. 

Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT pernah mengungkap temuan yang menjadi penyebab truk maupun bus mengalami rem blong. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi biang keladi truk berjalan tanpa kendali karena rem blong. 

Jelas Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan, 90 persen rem blong terjadi di jalan menurun. Kemudian 80 persen kejadian karena brakefading, karena pengemudi melakukan kesalahan prosedur ketika mengerem. 

"Saat jalan menurun ada energi potensial, semakin tinggi gaya dorong dari atas semakin besar, kendaraan didorong semakin kuat energi potensialnya. Pada saat ngerem, injakan kaki di pedal rem terjadi perubahan energi panas, ini yang menyebabkan rem blong," katanya dalam siaran virtual beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Si Kepala Kuning Mitsubishi Colt Diesel 'Umplung', Sukses Jadi Truk Light Duty Terlaris

Panas inilah yang menjadi biang kerok brakefading. Ketika kampas rem melampaui ketahanan panasnya saat bergesekan dengan tromol, maka akan berubah menjadi uap yang disebut sublimasi di antara kampas dan tromol. Sehingga walaupun kampas menempel ke tromol, tetapi licin. 

"Pengemudi bisa ngerem tapi roda berputar, itulah brakefading. Jangan lakukan rem berkali-kali ketika menurun, karena risiko brakefading tinggi. Semakin tinggi tempatnya, semakin berat kendaraannya, dan semakin cepat kendaraannya, maka semakin besar risiko rem blongnya," lanjutnya. 

Tahapan Truk Rem Blong sampai Akhirnya Terjadi Kecelakaan Maut

Wildan berpesan kepada pengemudi truk maupun bus, ketika mendapati jalan menurun, sebaiknya gunakan rem pembantu yang kerjanya mengurangi putaran mesin bukan mengurangi putaran roda. Sistemnya bisa menggunakan engine brake atau exhaust brake, kemudian yang terbaru retarder. 

"Jangan sekali-kali pakai rem utama. Gunakan rem pembantu tadi, sehingga yang akan menahan laju bukan lagi rem tapi mesin kendaraan. Aturan main saat di jalan menurun, nggak boleh injak pedal gas, kopling, dan rem berkali-kali," pungkasnya. 

Pengemudi yang membiarkan sistem pengereman mengalami brakefading disebut Wildan sebagai kesalahan pertama. Kemudian melakukan kesalahan kedua, ngocok rem berkali-kali untuk memastikan gaya pengereman, tapi yang ada membuat tekanan anginnya tekor. Akibatnya pedal rem dan kopling keras tak lagi bisa diinjak pengemudi. 

"Lalu pengemudi makin panik nggak bisa ngerem melakukan kesalahan ketiga, yakni memindahkan gigi ke rendah. Kopling nggak bekerja, putaran roda tinggi, ketika dipindahkan jelas nggak akan mau, pasti masuk netral. Upaya terakhir handbrake juga nggak bisa karena kampasnya overheat, semua temuan rem blong sama, masuk gigi netral, kedua handbrake ketarik," tuntasnya. 

Baca Juga: Lihat Nih, Truk Volvo Seberat 40 Ton Ngerem Otomatis Untuk Buktikan Teknologi Keselamatannya!