Kekurangan Ford Everest Gen 2, Harga Bekas Anjlok Karena Punya Banyak Masalah?

Ford Everest gen 2 jadi alternatif menarik bagi kalian yang saat ini sedang mencari SUV 7-seater macho dengan tampilan gagah namun memiliki harga bekas terjangkau. Untuk pasaran harga bekasnya generasi kedua Everest saat ini ditawarkan mulai dari Rp120 jutaan.

Sebagai penantang Toyota Fortuner, Everest memiliki kapabilitas serta durabilitas yang tinggi. Tak heran, selain digunakan sebagai mobil keluarga, Everest juga kerap dipakai untuk menyalurkan kegiatan hobi seperti off road.

Untuk diketahui, Everest gen 2 dibangun menggunakan basis yang sama dengan Ford Ranger dan Mazda BT-50 yang dibuat di Thailand.

Selain dibekali dengan beberapa keunggulan, mobil ini juga memiliki beberapa kekurangan yang wajib kalian ketahui sebelum membeli. Apabila kalian tertarik membeli mobil ini sebagai kendaraan keluarga atau untuk menyalurkan hobi, ada baiknya simak 5 kekurangan Ford Everest gen 2 melalui ulasan berikut ini.

Baca juga: 6 Hal Menarik Ford Everest Gen 2, Alternatif Toyota Fortuner dengan Harga Terjangkau

1. Spare Part Ford Everest Gen 2 Mahal

Bicara spare part, Ford Everest gen 2 memiliki banyak persamaan dengan Ford Ranger dan Mazda BT-50. Mengenai harganya, dibandingkan dengan SUV Jepangan sejenis, Everest gen 2 ini lebih mahal. Hal tersebut dikarenakan selain populasi yang kian sedikit, beberapa diler resmi Ford sudah angkat kaki dari Indonesia.

Sebagai contoh, untuk harga kampas kopling berikut dengan dekrup di marketplace ditawarkan Rp2,5 juta.

2. Bantingan Suspensi Keras

Ford Everest gen 2 menggunakan suspensi berjeniskan double wishbone di bagian depan dan per daun rigid plus stabilizer pada roda belakang.

Karakter yang dihasilkan, pada suspensi depan terasa cukup empuk ketika melewati jalan berkontur. Berbeda dengan depan, untuk bagian belakangnya yang cenderung kaku sehingga terasa kurang nyaman.

Bantingan suspensi yang terbilang stiff pada sebuah mobil SUV ladder frame sebenarnya terbilang wajar. Karena hampir semua SUV sejenis memiliki bantingan yang sama sebagai konsekuensi agar lebih kuat saat bawa beban berat.

Selain memiliki bantingan yang keras, Everest gen 2 juga kerap timbul gejala body roll ketika mobil dipacu dalam kecepatan tinggi. Salah satu faktor yang memicu timbulnya gejala body roll yakni ground clearance. Seperti diketahui untuk jarak permukaan tanah dengan kabinnya mobil ini mencapai 225 mm,

3. Head Room Sempit dan Lantai Kabin Tinggi Bikin Penumpang Kurang Nyaman

Kekurangan Ford Everest gen 2 berikutnya ada pada bagian kabinnya. Menggunakan sasis model tangga, alhasil membuat lantai kabin mobil ini terasa tinggi.

Dengan kabin yang tinggi mengakibatkan penumpang khususnya di baris kedua dan ketiga merasa mudah lelah ketika berpergian jauh. Hal tersebut dikarenakan kaki yang tertekuk serta leg room yang terbatas.

Bukan cuma itu, mobil ini juga memiliki headroom yang pendek sehingga minim akan ruang gerak. Oh iya, pada baris ketiganya mobil ini tidak tersematkan headrest sehingga membuat penumpang paling belakang mudah lelah disaat berpergian jauh.

Baca juga: Harga Bekas Bersaing, Ford Everest 2007 Vs Toyota Fortuner 2005 Mana yang Lebih Unggul?

4. Transmisi Keras dan Timbul Hentakan

Berbeda dengan pedal kopling yang terasa empuk ketika diinjak, untuk tuas transmisi di mobil ini terasa keras saat memindahkan gigi.  Selain itu ketika melakukan perpindahan gigi juga kerap merasakan hentakan kasar sehingga mengurangi kenyamanan dalam berkendara.

Oh iya, beberapa pemilik juga mengalami gigi yang netral dengan sendirinya ketika melaju dalam kecepatan tinggi saat gigi berada di posisi 4 atau 5. Hal ini terjadi karena gigi synchromesh yang berada di dalam gearbox mengalami keausan. 

5. Harga Jual Anjlok

Selain suspensi dan transmisi keras, kabin sempit serta spare part yang mahal, kekurangan lainnya yang menghantui pemilik mobil ini ialah harga jual kembali. Sudah bisa dipastikan harga jual Ford Everest gen 2 anjlok atau lebih murah dari Toyota Fortuner dengan tahun yang sama. Hal ini lantaran peminat Everest di pasaran tak seramai mobil Jepangan.

Hal tersebut sebenarnya masih bisa ditolerir karena umumnya pengguna Ford Everest membeli mobil ini bukan untuk dijual kembali, tetapi lebih untuk dinikmati.

Baca juga: Ford Everest dan Ranger 2022 Menunggu Masuk Indonesia, Termasuk Bronco?