Toyota Gandeng CATL Bikin Baterai Mobil Listrik di Indonesia Pakai Teknologi Baru
Herdi · 10 Nov, 2023 13:01
0
0
Toyota berencana membangun industri baterai mobil listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.
Untuk merealisasikannya Toyota tidak sendiri, mereka melirik perusahaan teknologi sekaligus produsen baterai asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Limited, (CATL).
Menurut President and Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering and Manufacturing Co Ltd (TDEM) Yoshiki Konishi, rencananya Toyota ini sudah diskusikan dengan pihak CATL secara intens.
"Produksi baterai di Indonesia dengan CATL, (produknya) tak hanya untuk Indonesia tapi untuk wilayah Asia.
Kekhawatiran saya, di masa mendatang apakah jumlah produksi ini sudah mencukupi atau belum.
Permintaan tinggi datang untuk wilayah Asia," ungkap Konishi saat ditemui beberapa waktu lalu.
Bagi Konishi, di masa depan baterai memang tidak hanya untuk mobil jenis hybrid atau Plug in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), melainkan bisa juga Full Electric Vehicle.
Selain itu, baterai ini juga bisa ditawarkan ke berbagai merek, baik itu di pasar otomotif China, Korea Selatan, dan negara Asia lainnya.
Niat Toyota kerjasama dengan CATL juga diutarakan Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.
Meski kolaborasi sangat terbuka bagi Toyota dengan perusahaan apapun, namun dia masih enggan menjabarkan strateginya maupun rencananya.
"Karena marketnya masih kecil. Meski demikian kami terbuka untuk berkolaborasi dengan pihak manapun termasuk CATL, karena dalam mengembangkan kendaraan ini kami tidak bisa sendiri," ujar Bob.
Toyota Akan Buat Baterai Mobil Listrik Tipe Solite dan Bipolar
Niatan Toyota menggaet CATL untuk membuat baterai kendaraan elektrifikasi disebutkan akan dibenamkan teknologi baru.
Bahkan Yoshiki menuturkan, teknologi baterai mobil listrik yang dipakai ada dua jenis, yaitu Solid State dan juga Bipolar.
"Saya pikir baterai solid state adalah game changer untuk masa depan. Tapi saat ini memang masih sangat mahal terkait biayanya," kata Yoshiki.
Dia menyebutkan, jika tak ada aral melintang baterai solid state akan dikerjakan sekitar 2027-2028.
Adapun keunggulan dari baterai solid state, seperti waktu pengisian lebih ringkas, kurang dari 10 menit bisa sampai penuh, jarak tempuh menjadi lebih jauh.
"Kedua adalah baterai bipolar. Ini adalah salah satu solusi penting, struktur bipolar lebih baik dari monopolar," tuturnya.
Baterai bipolar, kata Yoshiki, memiliki keunggulan jarak tempuh lebih jauh, waktu pengisian lebih baik dan secara biaya jauh lebih murah dari solid state.
"Saat ini kami masih pakai monopolar dan kedepannya, target kami 2026-2027 untuk menggunakan bipolar. Jadi bipolar dulu, setahun kemudian solid state," tutupnya.