Aturan PPnBM Berdasar Emisi Segera Berlaku, Toyota Kijang Innova 2.7 Ada Potensi Comeback
Evan · 1 Okt, 2021 09:07
0
0
Toyota Innova sejatinya tidak hanya untuk pasar Indonesia, tetapi juga diekspor ke beberapa negara luar seperti ke Timur Tengah, Afrika Utara dan Amerika Latin. Total ada lebih dari 51 negara menjadi tujuan ekspor, suatu pencapaian yang baik bagi Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)
Sayangnya soal pilihan mesin, konsumen lokal harus puas dengan dua pilihan mesin saja pada Kijang Innova. Berbeda dengan negara lain yang kebagian pula mesin bensin 2.7L.
Sebetulnya Toyota Kijang Innova 2.7 pernah hadir di 2005, namun kala itu konsumen masih belum menginginkan mesin ber-cc besar. Alasannya mesin tersebut lebih boros dan juga pajaknya lebih mahal. Tetapi seiring Innova yang naik kelas berikut ada penambahan dimensi, sebenarnya butuh mesin lebih bertenaga untuk mendorong mobil dengan bobot 1,6 ton ini.
Nah, dibawah aturan PPnBM baru yang akan berlaku bulan depan, mungkinkah Toyota Astra Motor (TAM) membawa kembali varian 2.7 L bagi Innova? Mengingat versi bensin 2.0 L termasuk kurang bertenaga.
Dibalik kap Innova versi ekspor, ada mesin bensin berkode 2TR-FE empat silinder DOHC berkubikasi 2.694 cc. Mesin besar ini sanggup muntahkan tenaga hingga 166 PS di 5.200 rpm dan torsi maksimum sebesar 245 Nm pada putaran mesin 4.000 rpm.
Tenaga kemudian disalurkan ke dua roda belakang lewat pilihan transmisi manual lima percepatan atau otomatis enam percepatan.
Selain pakai mesin yang bertenaga, kapasitas tangkinya juga diupgrade Toyota. Dari sebelumnya 55 liter menjadi 65 liter, sepertinya untuk mengakomodasi tambahan tenaga di mesin 2.7 agar ketersediaan bahan bakar bsia mencapai jarak tempuh lebih jauh. Soalnya menurut klaim Toyota, mesin ini mencatatkan konsumsi bahan bakar 10,6 kilometer per liter di rute gabungan.
Mesin milik Innova 2.7 dirakit langsung di pabrik TMMIN, di daerah Sunter, Jakarta Utara. Sejak 2005 pabrik ini memang dikhususkan untuk membuat mesin bagi semua lini produk Toyota, sebut saja 1NR, 2NR, 2GD, hingga yang terbaru 1KR-VET pada Toyota Raize.
Soal ketangguhan, mesin satu ini tak perlu diragukan lagi. Menggunakan blok mesin dengan balancer weight, oil jet, dan piston berbahan alloy menambah kekuatan internal mesin.
Selain itu mekanisme pembukaan katup juga sudah menggunakan hydraulic lash adjust, dan poros noken-nya diputar oleh Timing Chain, memudahkan pekerjaan montir yang ingin mengganti jeroan dalam.
Pada awalnya mesin ini hanya menggunakan mekanisme single VVT-I pada katup masuk, tetapi semenjak tahun 2015 Toyota menambahkan satu lagi mekanisme pada katup buang. Sehingga baik katup masuk dan katup keluar sudah Dual VVT-I, semakin efisien dan berdampak pada emisi yang lebih rendah dari model sebelumnya.
Menurut klaim dari Toyota, mesin 2.7 milik mereka memiliki tingkat emisi C02 adalah sekitar 252 g/km dan sudah standar EURO5. Dari kedua data ini tentu saja sudah bisa masuk dalam kategori mobil dengan perhitungan PPnBM yang lebih rendah dari sebelumnya berdasarkan kubikasi.
Lalu apakah Toyota tertarik untuk memasarkan kembali Kijang Innova 2.7 di Indonesia? Kita tunggu saja berita selanjutnya.