Cerita Mudik Lebaran 2022 Naik Bus AKAP, Pantas Banyak yang Kecewa
Ilham · 12 Mei, 2022 18:06
0
0
Mudik Lebaran 2022 naik bus memang menjadi alternatif yang bisa dipilih.
Namun siap-siap karena perjalanan bus molor hingga belasan jam.
Bus yang digunakan juga kadang tak sesuai karena perusahaan kebanjiran penumpang.
Sejak memasuki musim mudik Lebaran 2022, perusahaan otobus (PO) berbondong-bondong meminta maaf di sosial media mereka. Bukan untuk memberi ucapan 'Mohon Maaf Lahir dan Batin' seperti biasanya.
Melainkan meminta maaf karena layanan bus mereka terlambat cukup lama. Selain itu, terkadang armada bus yang dipakai juga berbeda dari biasanya.
Alasannya, mulai dari adanya regulasi one way yang membuat bus-bus terlambat datang. Hingga membludaknya animo pemudik yang mengharuskan penggunaan armada cadangan, serta bantuan bus pariwisata oleh PO-PO bus.
Akibatnya, banyak pengguna bus yang melayangkan protes mereka pada manajemen PO. Dan hal ini berujung pada unggahan permintaan maaf tersebut. Tapi banyak juga yang terpaksa terima nasib, karena uang tiket yang terbeli tak bisa dikembalikan dan penumpang tetap membutuhkan layanan perjalanan mereka.
Hal ini juga yang tim Autofun Indonesia rasakan dalam mudik Lebaran 2022 kali ini. Setelah terakhir mudik di 2019, akhirnya kami kembali ke kampung halaman di Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan.
Berangkat menggunakan pesawat, maka untuk kembali ke Jakarta kami memilih bus PO Pahala Kencana keberangkatan Selasa (10/5/2022).
Di jadwal semula, bus akan datang pukul 15.00 sore di agen Baturaja. Namun pada Senin 9 Mei malam, agen mengabari untuk berkumpul lebih pagi, yakni pukul 10.00. Hal ini bukan berarti positif, jadwal yang maju ini diakibatkan bus yang terlambat masuk ke Sumatra, karena tertahan di Jawa.
Sehingga bus tersebut terpaksa putar kepala dari Baturaja, langsung menuju Prabumulih via Muara Enim. Dan langsung kembali ke Jakarta melalui lintas timur, via Tol Trans Sumatra.
"Ini bus putar kepala (pergi-pulang tanpa istirahat). Semua armada terpakai dan terlambat di jalan," kata pengemudi bus yang enggan disebut namanya itu.
Bisa dibilang, jalur tersebut memutar karena posisi Baturaja yang berada di lintas tengah Jalur Sumatra. Hal yang perlu disiapkan tentu fisik dan mental, karena waktu perjalanan dan jalur yang makin jauh. Serta kemungkinan menunggu bakal lebih lama.
Di sisi lain kabar ini membuat kami harap-harap cemas. Karena selain jarak agen yang cukup jauh dari desa kami yakni sekitar 50 km, persiapan packing pun masih belum usai. Alhasil, kami pontang-panting mengepak baju dan oleh-oleh ke dalam tas.
Kondisi ini juga dialami penumpang bus lainnya. Seperti disebutkan oleh Savik asal Muara Enim yang dikabari untuk menunggu bus di agen sejak pukul 12.30 siang. "Tapi bus baru masuk agen pukul 15.30," keluhnya.
Cerita Perjalanan AKAP Sumatra-Jawa
Mengenai perjalanannya, bus berangkat pukul 10.04 dari agen Baturaja menuju Simpang Belimbing, Muara Enim dan Prabumulih. Impresi awal kami cukup gembira, karena bus berangkat dengan on time dan ini jarang terjadi.
Tapi kondisi perjalanan tetaplah diluar ekspektasi. Rute sejauh 105 km dari Baturaja ke Muara Enim dicapai lebih dari 4,5 jam! Perjalanan molor akibat tenaga bus Mercy OH 1526 yang hanya meraung di tanjakan. Kecepatannya sangat terbatas.
Selain itu, tikungan patah yang tersebar di sepanjang rute, plus bus yang kerap mengalah dengan rombongan truk ODOL jadi kendala lambannya perjalanan ini.
Bahkan untuk mencapai kota Prabumulih yang biasanya 6 jam kini terlambat lebih dari dua jam. Tanpa adanya istirahat siang, penumpang dan kru pun kelaparan. Sehingga istirahat cukup lama dilakukan dan perjalanan dari Prabumulih dimulai kembali pukul 19.26.
Perjalanan dilanjutnya dan masuk ke area pelabuhan Bakauheni pada pukul 03.49 (11/5/2022) pagi. Antrian di pelabuhan tersebut cukup panjang, sehingga bus kami pun baru masuk kapal pada pukul 09.30. Setelah perjalanan panjang tersebut, akhirnya pukul 15.45 bus pun tiba di tujuan kami, Terminal Kampung Rambutan.
Total perjalanan kali ini lebih dari 30 jam! Padahal dalam kondisi normal, perjalanannya cukup memakan waktu sekitar 13 jam saja. Untungnya, meski menggunakan armada bus tua, namun tidak mogok dan AC tetap menyala sepanjang perjalanan.
Meski begitu, perjalanan ini akan jadi pengalaman yang berkesan bagi kami untuk tidak mengulanginya di musim mudik mendatang.
Kesimpulan
Setelah dua tahun adanya pelarangan mudik membuat sekitar 85 juta orang pulang kampung di tahun ini. Sebagian besar menggunakan moda transportasi darat, termasuk bus AKAP.
Banyak PO yang kurang mengantisipasi membludaknya penumpang tersebut. Akhirnya layanan yang diberikan terkesan kurang layak dan menuai protes. Evaluasi patut dilakukan untuk membenahi layanan menyambut masa liburan dan mudik tahun depan. Seperti pengaturan jadwal, regenerasi armada dan kesiapan lainnya.