Sebagai daya tarik, desainer Datsun membuatnya punya penampilan ala crossover yang lengkap pakai ornamen over fender, side body moulding, roof rail, hingga bumper dengan aksen underguard silver.
Sejatinya Datsun Cross dibuat dari model Datsun Go+. Namun supaya tidak begitu persis, tampang depannya dibuat berbeda. Punya desain lampu baru yang punya garis LED. Termasuk lampu kabut di bawahnya. Sayang bagian belakangnya masih hampir mirip.
Namun dewi fortuna agaknya kurang berpihak pada mobil ini. Umurnya singkat, tak sampai dua tahun. Total populasinya mengacu data Gaikindo sekitar 4.155 unit. Model ini terakhir tercatat di data distribusi pada Agustus 2019, setelah itu tak ada lagi penjualannya.
Kelebihan Datsun Cross
Bisa dibilang Datsun Cross dengan segala kelebihannya cocok dibeli apabila Datsun Go+ kurang begitu memikat. Terlebih hadir dalam versi matic CVT maupun manual. Jadi bisa dipilih sesuai preferensi dan kebutuhan.
Kelebihan Datsun Cross pertama, adalah tampilannya beraura SUV yang tangguh dan berkarakter petualang. Jelas segmentasinya mengarah ke konsumen yang mau mobil perkotaan dengan tampilan beda. Paling tidak bisa diajak melintasi medan jalan yang tidak rata.
Apalagi karena didukung ground clearance tinggi 200 mm, yang menjadikannya tertinggi di kelasnya. City car lain seperti Suzuki Ignis hanya 180 mm. Kemudian dipadukan velg 15 inci berdesain pilar yang semakin membuat Cross tampak kokoh.
Tak kalah menarik adalah nuansa interior yang dibalut warna serba hitam. Mencerminkan karakter sporty. Lebih dari itu, tidak akan cepat tampak kotor maupun kusam apabila mobilitas mobil tinggi dan sering mengangkut anak-anak.
Keunggulan lainnya seperti yang dijelaskan di awal, hadirnya opsi matic CVT di Datsun Cross yang terkenal irit dan akselerasi halus. Penempatan tuas transmisinya menempel pada dashboard, konsol tengah mobil hanya berupa tangkai rem tangan dan cup holder.
Bicara keunggulan, kurang afdal kalau belum ungkap kekurangan yang kemungkinan bisa jadi faktor mobil ini penerimaannya di pasar tidak begitu besar dan terpaksa disuntik mati.
Bila masuk ke dalam sebenarnya interiornya tidak begitu jauh dari Datsun Go+ biasa. Ruang duduk maupun kakinya kurang lapang, sehingga kurang menjanjikan kenyamanan apabila dibawa perjalanan jarak jauh.
Desain jok juga tidak ada bedanya dengan Datsun Go biasa. Kursinya tipis, sehingga penumpang dengan bobot besar kemungkinan bisa merasakan tulang jok. Lalu kurang praktis lantaran mode pelipatannya tidak dibuat split, alias tidak terpisah dan harus dilipat semuanya.
Kekurangan Datsun Cross lainnya adalah di fitur pemanja pengemudi. Jok cuma bisa diatur sliding maupun reclining, belum ada pengaturan ketinggian. Selain itu, setir juga tidak bisa diatur baik tilt maupun teleskopik.
Terakhir adalah desain headrest yang ternyata masih setengah-setengah. Pada baris depan serupa mobil LCGC yang menyambung, tapi didesain seperti terpisah. Sayangnya pada baris kedua berupa tonjolan, sementara baris ketiga tanpa gundukan alias rata.
Maka dari itu Datsun Cross tetap dikategorikan mobil 5+2 bukan 7 seater seutuhnya. Lantaran baris paling belakang cuma cocok diisi anak kecil yang tingginya sekitar 120-140 cm. Orang dewasa duduk di sana? Tak akan muat!