Baik Toyota maupun Daihatsu merupakan dua perusahaan otomotif raksasa Jepang yang masih tergabung dalam satu grup besar. Meskipun masih satu grup, keduanya memiliki rancangan teknologi yang berbeda untuk masing-masing brand. Sebagai contoh, transmisi CVT yang dikembangkan oleh Daihatsu dan Toyota berbeda jauh secara konsep.

Secara umum, transmisi CVT yang kita tahu selama ini adalah sebuah sistem transmisi berupa puli primer dan puli sekunder yang membentuk rasio diameter tertentu diatur oleh sebuah sabuk baja. Rasio diameter ini bisa diatur melalui sistem komputer, sehingga dapat menciptakan simulasi pergantian gigi dengan tambahan fitur paddle shift.

Transmisi CVT perlahan mulai menggantikan transmisi otomatis tradisional pada kendaraan modern. Dengan teknologi seperti ini, rasio puli primer-sekunder dapat digunakan kendaraan untuk mengoptimalkan penghematan bahan bakar dan performa berkendara sehari-hari.

Baca Juga: 

Ini Alasan New Daihatsu Sirion 2022 di Indonesia Tanpa Fitur ASA, Padahal Dipakai di Rocky

New Daihatsu Sirion 2022 Meluncur, Tanpa ASA Harga Lebih Mahal dari Honda Brio RS

New Daihatsu Sirion 2022 vs Honda Brio RS, Harga Mirip Fitur Jauh Beda

Ternyata, CVT yang diciptakan oleh Toyota atau Daihatsu ini konsepnya berbeda ketimbang CVT yang kita kenal secara umum. Kedua perusahaan otomotif tersebut berusaha mengatasi kelemahan transmisi CVT konvensional yang dirasa mahal soal perawatan dan kurang tahan lama ketimbang matic torque converter.

Lantas seperti apa teknologi yang digunakan oleh Toyota dan Daihatsu dalam menciptakan transmisi CVT untuk mobil produksi mereka sendiri? Berikut ini penjelasan mendetil soal Direct-Shift CVT dan D-CVT.

Transmisi Direct-Shift CVT Ala Toyota

Pertama kita bahas soal teknologi Direct-Shift CVT yang dikembangkan oleh Toyota. Secara sederhana, konsep transmisi ini menggabungkan puli CVT dengan seperangkat roda gigi atau girboks. Nah, girboks ini berfungsi sebagai 'gigi 1' di mobil manual atau matic konvensional. 

Adanya girboks ini membuat proses akselerasi awal lebih bertenaga dan tidak perlu ada gejala selip belt CVT yang biasa terjadi di CVT konvensional. Setelah mobil berjalan mulus, sistem transmisi kemudian bergeser otomatis ke mode CVT dimana dimensi rasio akan diatur oleh putaran puli primer dan sekunder.

Mode CVT ini akan memungkinkan rasio variabel kendaraan yang lebih baik saat melaju di jalan raya atau pada kecepatan yang lebih tinggi untuk penghematan bahan bakar yang lebih baik.

Transmisi Daihatsu Dual-Mode CVT (D-CVT), Digunakan di Sirion

Teknologi D-CVT ini untuk pasar Indonesia mulai tersedia pada Sirion facelift yang meluncur pada 2022 lalu. Tidak seperti CVT konvensional, Daihatsu/Perodua mengandalkan sistem penggerak sabuk pada Dual-Mode CVT hanya untuk menggerakkan mobil dari kondisi diam. 

Transmisi D-CVT merupakan pengembangan dari teknologi CVT yang sudah ada, melalui mekanisme split gear dengan 1 set planetary gear. Pada D-CVT ada tambahan planetary gear sebagai split gear system, yang kerjanya bergantian. 

Saat mobil mulai berjalan dari kondisi diam menuju kecepatan rendah hingga menengah mengandalkan proses kerja belt dan pulley sebagaimana sistem CVT konvensional. Sedangkan saat kecepatan tinggi, transmisi bergeser melibatkan kerja split gear system. Keunggulan dari transmisi ini menghasilkan akselerasi lebih halus, rasio gigi lebih panjang, serta memiliki efisiensi bahan bakar yang lebih baik.

Mana Lebih Baik Dari D-CVT dan Direct-Shift CVT?

Dengan sistem kerja yang berbeda, tentu teknologi transmisi otomatis tersebut juga punya kegunaan untuk jenis kendaraan tertentu. Melihat karakternya yang lebih kuat untuk akselerasi awal yang memanfaatkan girboks konvensional, maka Direct-Shift ideal untuk berbagai jenis kendaraan.

Direct-Shift CVT dapat digunakan di mobil kecil seperti Toyota Agya hingga Lexus UX sebagai crossover segmen premium. Sedangkan transmisi D-CVT ini punya batas torsi maksimum yang bisa ditahan oleh belt CVT. 

Sistem CVT ciptaan Daihatsu itu hanya kuat untuk mobil dengan torsi di bawah 150 Nm alias hanya proporsional untuk mobil kecil. Lebih dari itu, bisa membuat belt CVT selip dan daya tahan transmisi menurun. Itulah mengapa jenis transmisi D-CVT ini hanya tersedia untuk kei car atau mobil bermesin maksimum 1.500 cc.