Pada pekan lalu redaksi Autofun Indonesia berkesempatan diundang untuk mengikuti sesi test drive Hyundai Stargazer. Undangan dari PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) ini mengambil lokasi yaitu Surabaya-Malang (Batu)-Solo. Melihat rute dari ketiga kota ini, bisa kita bayangkan kalau kondisi medan jalanan yang dilalui cukup variatif.

Total ada sejumlah 20 unit mobil test drive yang disiapkan oleh pihak HMID untuk awak media. Sebagai gambaran, kondisi dari Surabaya menuju Malang kota dan sebaliknya ini melewati jalan tol. Situasi medan jalan tol ini menurut kami tak kalah menantang, karena naik turun serta agak berkelok mengingat tujuan ke Malang ini lokasinya di kaki bukit. Selepas jalan tol, perjalanan menuju hotel di gunung Panderman melewati jalur arteri yang penuh tanjakan dan berkelok.

Baca juga:

Tipe Termahal Hyundai Stargazer Jadi yang Terlaris, Apa Sih Menariknya?

Pakai Kompresi Tinggi, Hyundai Stargazer 'Diperbolehkan' Minum Pertalite Tanpa Gugurkan Garansi

Gelar Media Test Drive Surabaya-Malang-Solo, Hyundai Stargazer Ditantang Taklukkan Berbagai Kondisi Jalan!

Nah, seperti apa sih kemampuan Hyundai Stargazer ketika dalam pengujian di berbagai kondisi jalan yang sesungguhnya? Berikut ini ulasannya.

Performa Hyundai Stargazer, Galak di Jalan Tol Kalem di Medan Pegunungan

Hyundai Stargazer ini dirancang dan dikembangkan sebagai MPV all around dengan fokus utama pemakaian di medan perkotaan. Ini bisa kami rasakan dari performa mesin maupun transmisi CVT yang responsif ketika jalanan macet. Namun ketika melewati jalan menanjak atau turunan panjang di jalan biasa, malah jadi kurang responsif.

Pertama kita mulai dari performa mobil ini saat di jalan tol. Bicara soal performa, Stargazer ini cukup jumawa saat melewati jalan bebas hambatan. Ini karena pihak HMID tak memasang limiter kecepatan sehingga awak media bisa mengeksploitasi performanya. Output 115 ps mungkin masih kalah dari Honda Mobilio di angka 118 ps, tapi Honda memasang speed limiter di angka 145 km/jam.

Untuk trek tol Surabaya-Malang maupun sebaliknya, kami bisa memacu hingga 150 km/jam dengan mode Sport untuk simulasi berkendara umum. Akselerasi untuk putaran bawah dan menengah tak terlalu istimewa tapi putaran atasnya memang cukup jumawa. Untuk awak media lain yang memacu dengan agresif bahkan ada yang tembus 180 km/jam. 

Nah performa Stargazer ini sangat bergantung pada mode berkendara yang digunakan. Total ada 4 mode berkendara yang disiapkan di mobil ini, yaitu Eco, Normal, Smart, dan Sport. 

Bila ingin performa keluar dengan maksimal dengan style berkendara agresif maka gunakan mode sport. Namun bila ingin berkendara santai, gunakan mode Eco sudah cukup. 

Menurut percobaan kami, karakter mobil di mode Normal dan Smart malah terasa aneh bila mobil dipacu untuk kecepatan tinggi. Karakter keduanya ini hampir mirip, responsif di jalan perkotaan tapi memble bila kita geber secara maksimal, karena tenaganya seperti tertahan. 

Sebagai catatan, untuk mode Smart ini juga saat melahap tanjakan panjang di tol Surabaya-Malang ini tenaganya terasa kurang mengisi. Alhasil, mobil pun serasa ogah lari meskipun pedal sudah di-kickdown untuk memancing tenaga supaya lebih keluar. 

Nah untuk mode Eco ini tarikan memang tidak agresif dan responsif, tapi lebih sanggup digeber hingga kecepatan tinggi. Untuk medan turunan panjang yang butuh engine brake lebih kuat, maka kita bisa kombinasikan mode eco dan menggeser tuas transmisi ke mode manual.

Handling Hyundai Stargazer: Suspensi Lembut Minim Limbung dengan Ban Empuk

Bila pertama merasakan ayunan dari Stargazer pasti akan menyangka kalau mobil ini limbung karena mengayun saat lewat jalan bergelombang. Namun setelah kami perhatikan lebih detail, gejala mengayun ini rupanya disebabkan oleh karakter ban tebal yang empuk.

Sebagai informasi, Stargazer Prime memakai ban berukuran 205/55 R16 yang tergolong tebal dan empuk untuk pemakaian sehari-hari. Kami pun mengetahui karakter sesungguhnya dari suspensi Stargazer ketika digunakan bermanuver kencang di jalan bebas hambatan.

Untuk ayunan suspensi ini kami rasa cukup stabil dan minim limbung ketika dipacu pada kecepatan tinggi. Bantingan suspensi Stargazer juga tidak sekeras seperti di produk Astra namun juga tidak keempukan sebagaimana pada Mitsubishi Xpander. Guncangan pun bisa diredam dengan optimal supaya penumpang dalam kabin tak terguncang.

Masih seputar handling, pengereman pada Stargazer tipe Prime ini sudah mendukung fitur Brake Assist. Pengereman di mobil ini sebenarnya pakem, hanya saja agak telmi alias telat mikir karena respons pengeremannya sering sedikit terlambat. Saat kita melakukan pengereman halus dan gradual, pengeremannya agak delay sesaat. Nah kalau kita melakukan pengereman yang agak agresif dan sedikit mendadak, sistemnya bekerja over pakem.

Jadi, kita perlu menginjak pedal rem lebih dalam ketika melakukan pengereman gradual yang halus. Dengan demikian, sensor brake assist bisa segera membaca injakan pedal gas supaya pengereman bisa lebih presisi. Buat kalian yang doyan berkendara agresif, sebaiknya beradaptasi soal pengereman agar tidak mengalami delay ketika mobil sedang berlari dalam kecepatan tinggi. 

Bagaimana soal handling setirnya? Bagi kami cukup mengesankan dengan feedback setir yang cukup ringan sehingga lincah dan presisi di segala situasi. Untuk berkendara dalam kota, manuvernya tak kalah lincah dengan city car seperti Brio. Sedangkan untuk berkendara di trek jarak jauh seperti Tol Trans Jawa, handling dan stabilitas berkendara bahkan bisa lebih nyaman dan stabil daripada MPV medium sekelas Wuling Cortez.

Kami pun masih bisa duduk nyaman saat duduk di bangku captain seat baris kedua. Gejala ajrut-ajrutan pun tak dirasakan sehingga penumpang bisa tetap menikmati perjalanan walau mobil dipacu dalam kecepatan cukup tinggi di jalan tol. 

Nah, bagaimana kenyamanan saat duduk di kursi penumpang Hyundai Stargazer? Tunggu tulisan kami berikutnya..