Bukan hanya sekali dua kali beredar video razia knalpot yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Dan belum lama ini beredar video razia knalpot yang menurut informasi, dilakukan di daerah Lembang, Jawa Barat yang memeriksa pengendara sepeda motor dengan knalpot racing.

Tentu knalpot yang dirazia karena mengeluarkan suara yang sangat bising. Masalahnya hampir setiap akhir pekan, banyak pengendara khususnya anak-anak muda yang melakukan kegiatan sunmori (sunday morning ride). Tentu dengan knalpot racing dan motor sengaja digeber-geber, suaranya mengganggu warga sekitar.

Dari beberapa video yang beredar baru-baru ini, terlihat seorang petugas kepolisian langsung memukul motor dengan knalpot racing menggunakan tongkat. Pada video berbeda, terlihat seseorang tanpa seragam polisi langsung melakukan perusakan terhadap knalpot racing pengendara yang melintas menggunakan palu.

Banyak pihak menyayangkan adanya oknum yang langsung melakukan perusakan terhadap knalpot motor milik orang lain. Terlebih oknum tersebut bukanlah pihak berwenang seperti kepolisian atau petugas Dinas Perhubungan.

Divideo lainnya, petugas kepolisian memberikan efek jera dengan menggeber motor berknalpot racing itu, dekat dengan telinga sang pengendara. Tindakan seperti ini sering kali terlihat dilakukan pihak kepolisian, dan banyak masyarakat berpendapat tindakan tersebut berlebihan.

Lalu bagaimana aturan sebenarnya terkait penggunaan knalpot racing ini?

Tingkat Kebisingan Knalpot

Sebenarnya tingkat kebisingan knalpot sudah diatur lewat Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2009, Tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru. Untuk motor 80 cc sampai 175 cc maksimal 83 dB, motor di atas 175 cc maksimal 80 dB.

Kemudian segala kelayakan teknis sepeda motor sudah diatur dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pPasal 285 Ayat 1. Knalpot disebut merupakan salah satu persyaratan teknis kendaraan yang dipakai di jalan raya. Isi pasal tersebut sebagai berikut.

'Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).'

Jadi sudah jelas ya, penggunaan knalpot racing secara Undang-Undang telah dilarang, dan ambang batas bising suara knalpot juag sudah ada. Tapi tindakan pengrusakan knalpot juga tidak dibenarkan, terlebih dilakukan oleh pihak-pihak tidak berwenang, seperti yang terlihat pada video viral tersebut.

Bagaimana Razia Knalpot Seharusnya?

Banyak yang menyayangkan razia knalpot racing hanya berdasarkan feeling saja, tanpa menggunakan alat ukur yang pasti. Selama knalpot tersebut terdengar berisik, langsung ditilang atau disita knalpotnya.

Akan lebih elegan jika menggunakan alat ukur berupa desibel meter, dan kemudian hasil pengukurannya diperlihatkan kepada pengendara. Lantas pihak berwajib bisa memberikan hukuman berupa sanksi tilang.

Kesimpulan

Razia knalpot memang masih menjadi pro dan kontra di Indonesia. Pasalnya ada produsen knalpot racing yang menciptakan produknya sesuai standar kebisingan dan sudah lolos standar internasional. Ada pula produsen yang tak memikirkan hal tersebut.

Namun tanpa adanya alat pengukur yang valid dan hanya berdasarkan feeling saja, maka pro dan kontra ini akan terus berkepanjangan. Terlebih jika ada oknum selain pihak berwajib, yang ikut melakukan pengrusakan.